Breaking News

Ny. Heny Agus Purwanta Kupas Makna Cupu Manik Astagina: Bentuk Bhayangkari Tangguh dan Beretika

Foto// Ketua Bhayangkari cabang Lombok Utara Ny. Henny Agus Purwanta 

 

Lombok Utara, penantb.com – Ketua Bhayangkari Cabang Lombok Utara, Ny. Heny Agus Purwanta, menegaskan pentingnya nilai-nilai luhur dalam membentuk karakter Bhayangkari yang berintegritas dan beretika. 

Hal tersebut disampaikan dalam Sidang BP4R (Badan Pembantu Penasehat Perkawinan, Perceraian dan Rujuk) anggota Polres Lombok Utara, yang digelar di Aula Sarja Arya Racana pada Jumat (13/6/2025).

Dalam kegiatan yang dihadiri para calon pengantin anggota Polri bersama keluarga dan calon istri tersebut, Ny. Heny secara mendalam mengupas filosofi Cupu Manik Astagina sebagai pedoman hidup Bhayangkari di era modern.

“Cupu Manik Astagina bukan sekadar warisan budaya, melainkan filosofi hidup yang mengajarkan nilai-nilai utama bagi Bhayangkari. Nilai-nilai ini menjadi kompas moral di tengah derasnya perubahan zaman,” ungkapnya.

Ny. Heny menjelaskan secara rinci delapan nilai inti dari filosofi Cupu Manik Astagina yang diyakini mampu membentuk pribadi Bhayangkari yang kuat dan bermartabat:

Beriman – Berpegang teguh pada keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Adil – Menjadi pribadi yang adil dalam keluarga dan sosial.

Jujur dan Sederhana – Menjalani hidup dengan kejujuran dan kesederhanaan.

Asah, Asih, Asuh – Tiga nilai kasih dalam membina rumah tangga dan lingkungan.

Berjiwa Besar – Memaafkan dan terus melangkah meski dalam tekanan.

Bersemangat dan Penuh Daya Cipta – Adaptif dan kreatif dalam mendukung keluarga.

Berteguh Hati dan Rela Berkorban – Menjadi pribadi yang tangguh dan siap berkorban.

Mengabdi Tanpa Pamrih – Menjalani pengabdian dengan tulus dan ikhlas.

“Nilai-nilai ini bukan untuk dihafal semata, tapi dijalani dalam kehidupan nyata. Inilah jati diri sejati seorang Bhayangkari,” imbuhnya.

Dalam kesempatan itu, Ny. Heny juga menyoroti pentingnya etika dalam penggunaan media sosial, terutama oleh istri anggota Polri. Ia menegaskan bahwa media sosial tidak semestinya menjadi wadah untuk mencurahkan masalah pribadi.

“Kita bukan perempuan biasa. Kita adalah istri aparatur negara. Jangan curhat di media sosial. Kembalilah ke organisasi saat menghadapi masalah. Karena setiap tindakan kita mencerminkan institusi,” tegasnya.

Pernyataan ini menjadi pengingat pentingnya menjaga citra Polri melalui perilaku santun, termasuk di ruang digital.

Di akhir penyampaiannya, Ny. Heny memberikan pesan penuh makna kepada para orang tua calon Bhayangkari:

“Saya ingin mereka berdinas dengan baik, dan untuk itu mereka butuh dukungan utuh dari kita semua, terutama sang istri. Jadilah keluarga yang siap berbakti dan melayani,” katanya dengan suara haru.

Melalui refleksi mendalam atas Cupu Manik Astagina, Ny. Heny Agus Purwanta menggambarkan bahwa Bhayangkari bukan hanya pendamping, tapi juga penjaga nilai, martabat, dan keteladanan sosial — baik dalam rumah tangga maupun kehidupan bermasyarakat.

“Bhayangkari harus menjadi cahaya yang menuntun, bukan bayang-bayang yang membebani. Tugas kita adalah menjaga marwah keluarga dan institusi,” tutupnya.


0 Komentar







Type and hit Enter to search

Close