![]() |
Foto// postingan yang lagi ramai di media sosial Facebook |
Lombok Utara, penantb.com – Sebuah video viral berdurasi 30 detik yang menunjukkan momen pengunjung diduga diusir dari Pantai Pandanan, Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara, memicu kehebohan di media sosial. Minggu (13/04/2025).
Video tersebut memperlihatkan seorang pengunjung yang merasa kecewa karena diusir hanya karena membawa makanan sendiri dari rumah.
Reaksi netizen pun beragam, sebagian besar mengecam tindakan tersebut dan menilai pantai seolah-olah dikelola seperti milik pribadi. Dalam video itu, terdengar suara pengunjung yang menumpahkan kekesalannya.
"Pantai apa ini, baru saya miskin kita diusir, kayak milik pribadi dia punya pantai," ujarnya dengan nada tinggi.
Ia pun menyebut sikap tukang parkir di lokasi tersebut sangat arogan dan tidak menghargai pengunjung yang datang dengan kendaraan sederhana dan membawa bekal sendiri.
Pengunjung tersebut juga menyampaikan bahwa mereka sebenarnya berniat untuk berbelanja meski hanya menggunakan mobil pick-up.
"Maaf aja, walaupun kita datang pakai pick-up, ada uang untuk kita belanja. Jangan melihat dari penampilan kami yang miskin," tambahnya dengan nada kecewa.
Unggahan video itu langsung menyita perhatian netizen. Ratusan komentar berdatangan dengan berbagai pengalaman serupa. Banyak yang menyayangkan sikap pedagang atau pengelola pondok makan di kawasan pantai tersebut yang dianggap diskriminatif.
"Memang di sana itu kalau kita tidak belanja, kita pasti diusir, kayak dia saja yang punya pantai," tulis salah satu komentar netizen yang mengaku pernah mengalami hal serupa di Pantai Pandanan.
Namun di sisi lain, seorang pedagang di Pantai Pandanan bernama Anna memberikan klarifikasi melalui akun Facebook miliknya.
Ia menjelaskan bahwa penggunaan kata "mengusir" tidak sepenuhnya tepat dalam kasus ini.
Menurutnya, para pedagang di lokasi tersebut hanya meminta pengertian dari para pengunjung yang membawa bekal lengkap dari rumah, apalagi jika datang secara berombongan dan ingin menempati pondok makan.
"MOHON MAAF, SEKALI LAGI MOHON MAAF," tulis Anna dalam unggahan klarifikasinya.
Ia menjelaskan bahwa sebelum menegur, para pedagang selalu mengucapkan kata "maaf" terlebih dahulu.
Tujuan teguran tersebut adalah untuk menghindari kesalahpahaman, terutama ketika pengunjung ingin duduk di pondok yang sebenarnya dibangun oleh para pedagang dengan biaya sendiri.
"Kami tidak pernah membeda-bedakan pengunjung atau memaksa untuk belanja. Kami hanya memohon pengertian agar yang membawa bekal bisa menempati area yang lebih lapang agar tidak menimbulkan masalah," lanjutnya.
Anna juga mengungkapkan kekecewaannya atas perilaku sejumlah pengunjung yang seringkali meninggalkan sampah sembarangan setelah menempati pondok, meski hanya membeli secangkir kopi.
Hal ini, menurutnya, sangat merugikan para pedagang yang sudah membuka warung sejak pagi dan menjaga kebersihan lokasi.
"Bayangkan kami sudah buka dari pukul 6 pagi, sapu dan bersihkan warung, lalu datang rombongan pick-up, cuma beli kopi, bekalnya banyak dan sampahnya ditinggal. Apa tidak menyala kesabaran kami?" ungkapnya.
Ia menambahkan, para pedagang membangun pondok dengan modal besar dan berharap bisa menutupi biaya tersebut dari hasil jualan, khususnya ikan bakar. Maka dari itu, mereka berharap ada rasa saling menghormati antara pedagang dan pengunjung.
Di akhir unggahannya, Anna tetap menunjukkan sikap terbuka dan lapang dada. Ia berterima kasih kepada orang yang telah memviralkan video tersebut karena secara tidak langsung membuat pondok makannya menjadi lebih ramai.
"Kami sebagai pedagang hanyalah manusia biasa, jika ada salah kata mohon dikoreksi dan Terimakasih banyak kepada mas mas yang sudah memviralkan, karena mas nya PONDOK MAKAN kami semakin ramai pengunjung," tutupnya Anna dalam postingan di halaman Facebook resminya (Ten).
0 Komentar