![]() |
Foto// wisatawan mancanegara saat melakukan pendakian melalui jalur Senaru |
Lombok Utara, penantb.com – Forum Rinjani Kabupaten Lombok Utara menyampaikan aspirasi penting kepada Bupati Lombok Utara terkait keberadaan dan pengelolaan jalur-jalur pendakian di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR).
Dalam hal ini, Sekretaris Forum Rinjani, A’yan Galang, menyatakan keinginan kuat untuk melibatkan Pemerintah Kabupaten Lombok Utara sebagai tim pembina dalam asosiasi yang sedang dibentuk.
“Kami datang untuk menyampaikan langsung kepada Bapak Bupati agar beliau bisa terlibat langsung dalam asosiasi ini. Karena bagaimanapun juga, asosiasi ini berbasis di Lombok Utara,” ujar A’yan Galang Senin (21/04/2025)
Lebih lanjut, Forum Rinjani menyampaikan keprihatinan terhadap belum adanya kejelasan kajian daya dukung dan daya tampung jalur-jalur pendakian selain Senaru dan Sembalun.
Berdasarkan data Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) tahun 2018, kuota kunjungan yang ditetapkan hanya berlaku untuk dua jalur utama, yakni Senaru dan Sembalun.
“Dari data yang dirilis BTNGR, kuota pendakian hanya ditetapkan untuk dua jalur tersebut, dengan total sebanyak 700 orang per hari. Ini pun sebelumnya hanya 650, kemudian dibulatkan menjadi 700,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa kuota ini merupakan hak murni dari dua jalur resmi yang sudah diteliti secara ilmiah.
Namun demikian, Forum Rinjani mempertanyakan dasar pengeluaran kuota oleh BTNGR terhadap jalur-jalur lain seperti Tetebatu, Torean, dan Aik Berik yang hingga kini belum memiliki kajian resmi daya dukung dan daya tampung.
“Kalau belum ada kajian resmi, dari mana dasar BTNGR menetapkan kuota untuk jalur-jalur baru ini? Misalnya, Tetebatu dapat kuota 100 orang. Ini berpotensi menimbulkan ketimpangan, karena bisa jadi kuota dari jalur resmi seperti Senaru dan Sembalun justru dibagi-bagikan,” tegasnya.
Forum Rinjani menuntut agar hak atas kuota resmi yang telah diteliti dikembalikan sepenuhnya kepada jalur Senaru dan Sembalun.
Di sisi lain, mereka juga mendesak agar BTNGR segera melakukan riset dan kajian ilmiah terkait daya dukung dan daya tampung pada jalur-jalur lain seperti Torean, Tetebatu, Aik Berik, dan jalur alternatif lainnya.
“Kami tidak menolak pengembangan jalur baru, tetapi harus melalui kajian yang benar. Jangan sampai terjadi ketimpangan yang merugikan jalur-jalur resmi yang sudah lebih dulu berkontribusi terhadap pariwisata dan konservasi di Rinjani,” tutup A’yan Galang. (Ten)
0 Komentar