Foto// Tiga pasangan calon saat debat di hotel Mendana By Marina |
LOMBOK UTARA, PenaNTB.com — Debat terbuka Pilkada Kabupaten Lombok Utara (KLU) yang diadakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) KLU menjadi panggung bagi para kandidat untuk saling mengkritisi visi misi masing-masing. Tiga pasangan calon bupati dan wakil bupati menunjukkan sikap yang beragam dalam menanggapi program-program yang ditawarkan lawan.
Pasangan calon nomor urut 1, Dr. TGH Najmul Akhyar bersama Kusmalahadi Syamsuri (NK), mengkritik keras program andalan yang diusung oleh pasangan calon nomor urut 3, Dr. TGH Muksin dengan Junaidi Arif (MJA). Di sisi lain, pasangan calon nomor urut 2, Danny Febrianto Ridawan dan Dr. TGH Zaki Abdillah, Lc., (DAZA), lebih memilih untuk tidak terlibat dalam saling serang, fokus pada tawaran visi misi mereka sendiri.
Pasangan NK menyatakan bahwa program Dusun Mandiri yang diusung oleh MJA dinilai tidak realistis. Dalam program tersebut, MJA berencana mengalokasikan dana antara Rp 100 juta hingga Rp 300 juta per dusun setiap tahunnya, sebagai bentuk bantuan yang langsung menyasar pembangunan di tingkat dusun.
Namun, Kusmalahadi Syamsuri menilai bahwa anggaran sebesar itu akan sulit dipenuhi mengingat total dusun di KLU berjumlah sekitar 460 dusun. Jika setiap dusun menerima alokasi dana hingga Rp 300 juta, total dana yang dibutuhkan akan mencapai Rp 136 miliar per tahun. Ia mempertanyakan sumber pendanaan program ini, dan meragukan keberlanjutan program tersebut dalam jangka panjang.
“Darimana dananya? Kalau mengandalkan APBD, itu jelas tidak mungkin,” ujar Kusmalahadi, Jumat (1/11/2024).
Tanggapan keras dari pasangan NK direspons cepat oleh Ketua Tim Pemenangan MJA, Ada Malik. Ia menyayangkan sikap pasangan NK yang menurutnya terlalu fokus mengkritisi program-program MJA ketimbang mengedepankan visi misinya sendiri kepada masyarakat.
Menurut Ada Malik, program Dusun Mandiri sudah dirancang dengan memperhitungkan aturan-aturan yang ada, serta diformulasikan untuk diterima dengan baik di masyarakat tingkat dusun.
“Kenapa pasangan NK ini sibuk mengkritik program kami? Silakan tawarkan visi misinya sendiri kepada masyarakat,” ujar Ada Malik dengan tegas.
Ada Malik menambahkan bahwa alokasi dana bukan berbentuk uang tunai, melainkan berupa program-program pembangunan dengan nilai tertentu yang akan menyentuh kebutuhan dusun secara langsung.
Lebih lanjut, Ada Malik juga menyinggung beberapa program NK yang sebelumnya pernah dijalankan tetapi dianggap tidak berhasil, salah satunya adalah rencana membangun perguruan tinggi di KLU, yang dahulu dikenal sebagai POKASI. Program tersebut dinilai tidak berhasil dan akhirnya bubar.
“Bukan hanya itu, program satu dokter satu desa juga dinilai gagal di masa kepemimpinan Najmul,” ujarnya.
Berbeda dengan dua pasangan lainnya, pasangan calon nomor urut 2, Danny Febrianto Ridawan dan Dr. TGH Zaki Abdillah, mengambil pendekatan yang berbeda. DAZA memilih untuk tidak ikut dalam perseteruan saling kritik dan fokus memperjuangkan program-program unggulannya untuk menarik simpati masyarakat. Tim DAZA menyatakan, mereka ingin menunjukkan kampanye yang lebih damai dan tidak berorientasi pada saling serang.
Dalam pernyataan persnya, pasangan DAZA justru mempertanyakan program-program NK yang mereka nilai pernah dijalankan pada masa kepemimpinan Najmul, namun mengalami kegagalan.
Salah satunya adalah program perguruan tinggi yang pernah diwacanakan, namun gagal berjalan. Selain itu, program kesehatan yang bertujuan menyediakan satu dokter di setiap desa di KLU juga dinilai belum berhasil.
“Dua program ini kembali ditawarkan, padahal saat masa jabatan dulu program tersebut tidak berjalan dengan baik,” ujar tim DAZA.
Namun, meskipun terdapat perbedaan pendapat dan kritikan dari pihak lain, DAZA menegaskan bahwa mereka memilih untuk tidak terlibat dalam saling serang.
“Kami ingin fokus pada perjuangan kami sendiri. Masyarakat nantinya yang akan menentukan pilihan mereka,” tutupnya. (Ten).
0 Komentar