Breaking News

Krisis Air di Gili Meno Rugikan Pengusaha Hotel hingga Puluhan Juta Rupiah -PENANTB

Foto// Kamri salah satu pengusaha hotel di Gili Meno saat di wawancara media 

GILI MENO, PenaNTB.com - salah satu pulau kecil yang terkenal dengan keindahan lautnya di Lombok Utara, tengah menghadapi krisis air bersih yang berdampak besar pada berbagai sektor, khususnya sektor pariwisata. 

Kamri, seorang pengusaha sekaligus pemilik hotel di Gili Meno, mengungkapkan bahwa akibat dari krisis ini, ia mengalami kerugian finansial mencapai puluhan juta rupiah dalam satu bulan terakhir. 

Krisis air ini tidak hanya merugikan dari segi keuangan, tetapi juga memengaruhi tingkat kunjungan wisatawan ke pulau tersebut.

"Dulu, saat air masih disuplai oleh PT BAL, biaya air bulanan kami hanya sekitar 1 hingga 2 juta rupiah. Tapi sekarang, setiap dua hari sekali kami harus mengambil air dari daratan dengan biaya mencapai 800 ribu hingga 1 juta rupiah per pengambilan, dan itu pun harus menggunakan perahu kami sendiri," ujar Kamri pada media Sabtu (26/10/2024)

Tidak hanya biaya pengambilan air yang tinggi, harga air yang mencapai 12 ribu per galon membuat Kamri dan pengusaha lainnya harus mengeluarkan biaya tambahan yang sangat besar. 

Untuk memenuhi kebutuhan air hotel, mereka harus membeli hingga ratusan galon setiap dua hari sekali.

Krisis air ini berdampak langsung pada jumlah wisatawan yang berkunjung ke Gili Meno. Walaupun musim liburan segera tiba, Kamri mengaku bahwa jumlah tamu yang menginap sangat sedikit, berbeda jauh dari tahun-tahun sebelumnya. 

"Sekarang tamu restoran hanya satu dua yang mampir. Sedangkan tamu kamar sangat sepi, hanya terisi dua sampai tiga kamar, padahal dulu di musim ramai bisa penuh," ungkapnya.

Kondisi ini menyebabkan banyak pengusaha hotel di Gili Meno hanya bisa bertahan tanpa keuntungan. Mereka tidak hanya harus menanggung biaya operasional yang meningkat, tetapi juga memenuhi kewajiban terhadap karyawan mereka yang bergantung pada pendapatan sektor pariwisata.

"Posisi kami sebagai pengusaha di sini sekarang hanya bertahan. Kalau bicara soal mencari keuntungan, itu jauh dari kata mencari keuntungan. Kami memiliki banyak karyawan yang harus kami penuhi kebutuhannya," tambah Kamri.

Kamri menyatakan bahwa masyarakat Gili Meno berharap adanya solusi yang konkret dari Pemerintah Kabupaten Lombok Utara dan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 

Solusi yang paling diharapkan adalah pembangunan jalur pipa bawah laut untuk mengalirkan air bersih dari daratan utama ke pulau. Hal ini dianggap sebagai langkah yang tepat untuk mengatasi krisis air yang berkepanjangan di pulau tersebut.

Kamri juga mengenang masa ketika PT BAL masih beroperasi di Gili Meno. Menurutnya, meski pemilik PT BAL sedang menghadapi masalah hukum di Gili Trawangan, operasi mereka di Gili Meno berjalan lancar dan biaya air masih terjangkau. 

Kondisi ini berbeda dengan PT TCN yang disebut masyarakat Gili Meno telah terbukti merusak habitat laut di Gili Trawangan. Sebagai warga Gili Meno yang bergantung pada keindahan alam bawah laut, Kamri dan pengusaha lainnya menolak bekerja sama dengan PT TCN.

"Warga Gili Meno tidak mau bekerja sama dengan PT TCN karena sudah terbukti di Gili Trawangan merusak lingkungan atau habitat laut. Di sini, satu-satunya yang kami jual adalah keindahan bawah laut. Jika ini diteruskan, maka apa yang akan kami jual di Gili Meno ini?" ujar Kamri.

Krisis air ini tidak hanya berdampak pada kondisi hotel dan restoran, tetapi juga pada ekonomi keseluruhan pulau. Dengan jumlah wisatawan yang berkurang drastis, pengusaha di sektor pariwisata harus berjuang keras untuk mempertahankan bisnis mereka. 

Situasi ini tentu memperburuk kondisi ekonomi masyarakat Gili Meno yang sebagian besar bergantung pada pariwisata sebagai sumber penghasilan utama.

Dikatakannya, Para pengusaha dan warga berharap pemerintah daerah segera turun tangan untuk menyelesaikan permasalahan ini. Dengan menurunnya minat wisatawan akibat krisis air, Gili Meno berisiko kehilangan daya tariknya sebagai destinasi wisata populer. 

"Jika masalah ini tidak segera ditangani, bukan hanya ekonomi lokal yang akan terdampak, tetapi juga citra Gili Meno sebagai pulau yang indah dan ramah wisatawan," tutupnya. (Red)


0 Komentar









Type and hit Enter to search

Close