Masuk musim kemarau BPBD KLU: ada 55 titik Kekeringan yang tersebar di empat Kecamatan. |
LOMBOK UTARA, penantb.com || Kabupaten Lombok Utara (KLU) kembali menghadapi ancaman kekeringan yang semakin meluas pada tahun 2024 ini. Seiring dengan masuknya musim kemarau, jumlah titik lokasi yang mengalami kekeringan di Kabupaten Lombok Utara (KLU) meningkat signifikan.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) KLU, ada 55 titik kekeringan yang tersebar di empat kecamatan, yaitu Bayan, Kayangan, Gangga, dan Pemenang.
Kepala BPBD KLU, M. Zaldy Rahardian, menjelaskan bahwa peningkatan jumlah titik kekeringan ini menjadi perhatian serius pemerintah daerah.
"Jumlah titik kekeringan tahun ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, terutama di wilayah Pemenang yang sebelumnya tidak terlalu terdampak. Namun, tahun ini wilayah tersebut justru bertambah menjadi salah satu titik kekeringan yang signifikan," ujar Zaldy pada Senin (09/09/2024).
Penanganan kekeringan di Lombok Utara diatur berdasarkan Surat Keputusan Bupati Lombok Utara tentang penetapan status siaga darurat bencana kekeringan.
Melalui SK ini, BPBD menetapkan intervensi yang diperlukan untuk menangani dampak kekeringan di titik-titik yang telah ditentukan. Intervensi ini sudah dimulai sejak bulan April 2024, terutama melalui penyaluran air bersih ke wilayah yang terdampak.
Meski upaya penyaluran air bersih sudah dilakukan, permintaan dari masyarakat pada periode awal masih tergolong minim.
"Sebelumnya hanya ada satu daerah yang meminta bantuan air bersih dalam waktu satu minggu. Namun, kami memperkirakan puncak permintaan akan terjadi pada bulan Agustus dan September, sesuai dengan pengalaman tahun 2023 lalu," tambah Zaldy.
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih di wilayah yang terdampak kekeringan, BPBD KLU tidak bekerja sendirian. Berbagai pihak turut serta dalam penanganan bencana ini, termasuk Palang Merah Indonesia (PMI), Non-Governmental Organization (NGO), dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas). Masing-masing pihak berperan aktif dalam menyuplai air bersih ke daerah-daerah yang terdampak.
BPBD KLU sendiri saat ini memiliki dua unit armada yang digunakan untuk menyalurkan air bersih. Armada tambahan juga datang dari PMI, Dinas Sosial, dan Polres yang masing-masing memiliki satu unit.
"Kami juga melakukan koordinasi dengan pihak lain untuk memastikan bantuan armada berjalan optimal. Pada tahun sebelumnya, kami bekerja sama dengan PDAM, namun PDAM lebih fokus pada layanan pelanggan mereka saja," terang Zaldy.
Salah satu tantangan dalam penyaluran air bersih adalah adanya gangguan layanan dari PDAM di beberapa wilayah, seperti di Pemenang.
"PDAM terkadang menghadapi kendala dalam memenuhi kebutuhan air bersih di wilayah tertentu. Armada PDAM hanya digunakan di wilayah mereka sendiri, sehingga tidak sesuai dengan keperluan siaga bencana yang telah ditetapkan oleh bupati," jelas Zaldy.
Untuk mengantisipasi lonjakan permintaan air bersih, BPBD KLU telah menyusun jadwal distribusi yang terstruktur. Bantuan air bersih diberikan secara merata, sehingga tidak menumpuk di satu dusun atau desa saja. Dalam satu kali distribusi, setiap desa akan menerima satu hingga dua tangki air bersih.
Zaldy juga menjelaskan bahwa meskipun permintaan air bersih saat ini masih terkendali, BPBD KLU siap untuk merespons setiap permintaan yang datang.
"Permintaan air bersih akan segera kami distribusikan sesuai dengan jadwal yang telah disusun. Dengan begitu, bantuan tidak akan menumpuk di satu titik saja, melainkan bisa tersebar merata di seluruh wilayah yang membutuhkan," pungkasnya. (Ten*)
0 Komentar