Foto// H. R. Nuna Abriadi politisi Senior PDI Perjuangan anggota DPRD Provinsi NTB. |
LOMBOK UTARA penantb.com || Raden Nuna Abriadi, politisi senior dari PDI Perjuangan yang semakin dikenal sebagai "Sukarno Muda Lombok Utara," kembali menjadi pusat perhatian di panggung politik Kabupaten Lombok Utara. Minggu (11/08/2024)
Setelah memutuskan untuk mengambil jalur politik yang berbeda pada tahun lalu pemilihan bupati dan wakil bupati Kabupaten Lombok Utara, pernyataannya yang tajam dan reflektif di media sosial semakin memperkuat posisinya sebagai figur politik yang penuh prinsip.
Dalam sebuah postingan di halaman Facebook pribadinya, Raden Nuna dengan tegas menanggapi kritik yang dialamatkan kepadanya oleh mantan koleganya. Kritik yang beredar di berbagai platform media sosial tampaknya tidak menggoyahkan keyakinannya. Sebaliknya, Raden Nuna menjawabnya dengan nada yang penuh semangat namun tetap menyiratkan perasaan mendalam terkait perjalanan politiknya.
"Kenapa harus sakit hati dengan pidato-pidato saya?" tanyanya dalam postingan yang kini telah menjadi viral di kalangan masyarakat Lombok Utara.
Pidato yang disampaikannya saat pengukuhan tim relawan Kecamatan Kayangan tersebut mencerminkan pergolakan batin dan dinamika politik yang telah ia alami sejak memilih untuk berpisah dari barisan politik lamanya.
Raden Nuna dengan penuh keyakinan mengingatkan bahwa selama bertahun-tahun ia berada di barisan tersebut, dirinya selalu berada di garis depan, memperjuangkan kepentingan dan agenda politik kelompoknya dengan dedikasi tanpa henti. Ia tak segan menyatakan bahwa kontribusinya di masa lalu telah membawa kebanggaan bagi rekan-rekannya.
"Bukankah saya melakukan hal yang sama saat saya dalam barisan kalian?" ujarnya
Lebih lanjut, Raden Nuna menekankan bahwa apa yang telah dinikmati oleh rekan-rekannya saat ini adalah hasil dari kerja keras dan perjuangannya yang tiada henti. Ia mengingatkan bahwa kekuasaan yang kini mereka pegang adalah buah dari perjuangan kolektif, termasuk dirinya di dalamnya.
"Bukankah adil secara politik bahwa saya pernah membuat kalian merasa bangga dengan pidato-pidato saya?" lanjutnya.
Namun, kenyataan bahwa ia kini memilih untuk berpindah ke jalur politik yang berbeda ternyata menimbulkan reaksi keras dari sebagian mantan koleganya. Kritik dan caci maki mulai bermunculan, tetapi Raden Nuna justru melihat hal ini sebagai bagian dari dinamika politik yang wajar. Ia mempertanyakan,
"Jika sekarang saya berada dalam barisan yang berbeda, kenapa harus merasa sakit hati dan mencaci maki?" Tanyanya.
Bagi Raden Nuna, langkah yang diambilnya bukanlah sebuah pengkhianatan, melainkan bentuk keadilan politik. Ia merasa bahwa setelah sekian lama memperjuangkan kepentingan orang lain, sudah saatnya ia memberikan kesempatan kepada pihak lain yang juga layak untuk merasakan kekuasaan yang telah diraih.
"Inilah keadilan politik buat saya," tegasnya,
Raden Nuna dengan tegas menyatakan bahwa dalam politik, pembagian kekuasaan adalah hal yang wajar dan sepatutnya diterima oleh semua pihak.
"Karena saya ingin juga membagi kekuasaan ini kepada yang lain, Adil kan?" pungkasnya, (Ten*)
0 Komentar