MATARAM-Doktor Ilmu Pertahanan Hasto Kristiyanto menyampaikan Kuliah Umum di Universitas Mataram dalam kunjungannya di Pulau Lombok, kemarin (15/9). Tenaga pengajar Universitas Pertahanan (Unhan) RI yang juga Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tersebut mengajak mahasiswa terlibat aktif berjuang membangun kepemimpinan di segala aspek.
Kuliah Umum dengan tema “Pemikiran Geopolitik Soekarno dan Relevansinya Terhadap Pertahanan Negeri” tersebut merupakan kuliah umum ke-14 yang disampaikan Hasto. Sebelumnya, sejumlah perguruan tinggi ternama di tanah air telah lebih dahulu menggelar Kuliah Umum dengan tema yang sama.
“Inti utama Geopolitik Soekarno yang harus terus diperkuat adalah bagaimana rakyat Indonesia, termasuk generasi muda, harus selalu berjuang membangun kepemimpinan di segala aspek kehidupan,” kata tokoh kelahiran Jogjakarta tersebut.
Alumnus Universitas Gadjah Mada ini menekankan, dirinya hadir di Unram bukan untuk kepentingan politik praktis.
“Pemilu masih jauh,” imbuhnya dan disambut tepuk tangan hadirin yang hadir.
Hasto tiba di Unram didampingi Anggota DPR RI yang juga Ketua DPD PDIP NTB H Rachmat Hidayat, Pandam IX Udayana Mayjen Sonny Aprianto, dan Danrem 162/WB Brigjen Sudarwo Aris Nurcahyo. Tak lama kemudian, Gubernur NTB H Zulkieflimansyah juga tiba di lokasi Kuliah Umum yang digelar di gedung Rektorat Unram dengan dihadiri mahasiswa, para dosen, dan staf akademika perguruan tinggi terbesar di NTB ini.
Sementara dari Jakarta, Hasto didampingi Sekretaris Umum DPP Bamusi sekaligus Anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru atau karib disapa Gus Falah.
Sebelum Kuliah Umum dimulai, Rektor Universitas Mataram Prof Bambang Hari Kusumo menyampaikan sambutan selamat datang. Disusul dengan sambutan Gubernur Zulkieflimansyah.
Prof Bambang dalam kesempatan tersebut memyampaikan ucapan terima kasihnya atas nama seluruh civitas akademika Unram atas keluangan waktu Hasto untuk menghadiri agenda Kuliah Umum di Unram. Hasto kata Prof Bambang, hadir menyampaikan Kuliah Umum sebagai Dosen Unhan RI.
Dalam kesempatan tersebut, Guru Besar Fakultas Pertanian tersebut menekankan pentingnya pentingnya mahasiswa tidak melupakan sejarah. Sebab, sejarah banyak berulang dan banyak negara yang hancur justru karena melupakan sejarah. Itu sebabnya, pemikiran Bung Karno selalu relevan dengan kondisi saat ini.
Gubernur Zulkieflimansyah mengemukakan, para mahasiswa dan seluruh civitas akademika Unram begitu beruntung dengan hadirnya Hasto dalam Kuliah Umum tersebut. Orang nomor satu di NTB ini memang bersahabat dengan Hasto. Pertemanan keduanya begitu terentang lama. Dimulai saat keduanya sama-sama duduk di Komisi VI DPR RI di awal karir. Saat itu, Anggota Komisi VI DPR RI memang banyak diisi oleh politisi muda dan berlatar belakang aktivis mahasiswa. Hasto sendiri sebelumnya memang tercatat sebagai Ketua Senat Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Sementara Gubernur Zul tercatat sebagai Ketua Senat Universitas Indonesia.
“Mas Hasto adalah bintang. Adik-adik mahasiswa harus banyak belajar. Beliau ditawari menjadi menteri tapi beliau tidak bersedia. Mudah-mudahan, ini bukan kedatangan Mas Hasto yang terakhir ke NTB,” kata Gubernur yang lalu meminta big applause untuk Hasto dari seluruh hadirin yang hadir.
Dalam Kuliah Umum ini, Hasto memaparkan hasil temuan risetnya yang menjadi disertasi doktoralnya di Unhan RI mengenai teori geopolitik Soekarno. Termasuk bagaimana perbedaan geopolitik Soekarno yang menjadi antitesa dari geopolitik ala Barat. Geopolitik Soekarno berorientasi membebaskan bangsa di dunia dari penjajahan dan menuju perdamaian abadi, sementara geopolitik ala Barat orientasinya ekspansi dan cenderung menjajah.
Ditegaskannya, pemikiran Geopolitik Soekarno didasarkan pada ideologi Pancasila. Tujuannya adalah untuk membangun tata dunia baru berdasarkan prinsip bahwa dunia akan damai apabila bebas dari imprerialisme dan kolonialisme. Geopolitik Soekarno juga menekankan betapa pentingnya solidaritas bangsa berdasarkan koeksistensi damai (peaceful co existence) dan berorientasi pada struktur dunia yang demokratis, sederajat, dan berkeadilan.
“Kekuatan pertahanan negara dibangun untuk menjaga perdamaian dan sebagai benteng bagi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa,” kata Hasto menekankan.
Dengan segala keterbatasan pada masa memimpin Indonesia, Geopolitik Politik Soekarno telah mampu menghadirkan kepemimpinan Indonesia di tengah dunia. Indonesia di bawah kepemimpinan Soekarno telah melampaui cara pandang geopolitik. Misalnya, Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955 yang melahirkan Dasa Sila Bandung yang luar biasa.
“Bung Karno mengalahkan konspirasi kolonialisme Belanda dalam pembebasan Irian Barat. Modalnya hanya merancang Konferensi Asia Afrika,” katanya.
Untuk melakukan hal tersebut, Indonesia tak menunggu menjadi negara yang memiliki sumberdaya melimpah. Modal Bung Karno untuk menggelar Konfrensi Asia Afrika hanya ide, imajinasi geopolitik, semangat juang, dan hospitality. Memadukan intelektualitas dengan berbagai faktor sumber daya yang ada seperti demografi, teritori, politik, dan lainnya sehingga menjadikan seluruh variabel geopolitik sebagai instrument of national power.
“Hotel disediakan, makanannya disediakan khas kuliner nusantara. Kesemuanya ditampilkan penuh kebanggaan. Namun hasilnya adalah deklarasi Dasa Sila Bandung yang luar biasa,” urai Hasto sembari menjelaskan bagaimana para mahasiswa dan mahasiswa terlibat sangat aktif selama berlangsungnya konfrensi yang dihadiri delegasi negara-negara Asia Afrika tersebut.
Hasto pun menampilkan secara khusus, foto-foto bersejarah yang memperlihatkan keterlibatan para mahasiswa Indonesia kala konferensi tersebut.
*Aktualisasi di NTB*
Bagaimana aktualisasi Geopolitik Soekarno untuk NTB di masa kini? Hasto menekankan bagaimana NTB merupakan provinsi yang memiliki sumber daya yang besar. Hasto menyebut potensi perkebunan jagung di NTB yang mencapai 270 ribu hektare. NTB juga merupakan daerah yang memiliki potensi sektor peternakan yang besar.
Pun di bidang kelautan dan perikanan. Potensi rumput laut NTB mencapai 25 ribu hektare. Juga potensi mutiara terbaik di dunia, dan bibit lobster di mana Lombok Timur diakui sebagai sentra benih lobster di Indonesia yang diakui sebagai yang terbaik di dunia. NTB juga punya produksi tembakau virginia dengan kualitas nomor wahid.
Seluruh potensi yang dimiliki NTB tersebut harus dibangun dengan berdasar pemahaman geopolitik. Misalnya NTB, tidak perlu lagi mengirim benih lobster ke Vietnam. Tetapi dengan mempekerjakan orang-orang Vietnam untuk mengembangkan lobster di NTB sehingga menjadikan NTB sebagai pemain utama pasokan lobster di dunia.
“Dalam hal ini, perguruan tinggi juga bisa mengambil peran besar. Perguruan tinggi tidak boleh menjadi Menara gading. Tapi perguruan tinggi harus membumi dengan memberi kemanfaatan yang besar untuk masyarakat. Termasuk dalam hal pengolahan sumber daya yang ada di depan mata,” tandas Hasto.
Di sinilah, para mahasiswa dan sleuruh civitas akademika Unram bisa terlibat aktif. Kuncinya tentu saja dengan memperkuat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memperbanyak riset dan inovasi.
Selain itu, kampus juga harus bisa melakukan kaderisasi kepemimpinan mahasiswa. Perguruan tunggi harus mempersiapkan seluruh aspek kepemimpinan nasional dengan membangun kesadaran cara pandang geopolitik dalam mendayagunakan seluruh potensi instrument of national power bagi ketahanan nasional, kemajuan pembangunan, dan pertahanan negara Indonesia.
Hasto menekankan, pendidikan menjadi faktor terpenting kedua setelah variabel kepentingan nasional, jika Indonesia mau maju. Dalam hal ini, perguruan tinggi harus menjadi salah satu motor penggerak kemajuan tersebut. Perguruan tinggi menjadi pelopor tindakan yang bersifat progresif revolusioner dalam pengembangan ilmu pengetahuan, sains dan teknologi melalui riset dan inovasi yang berpihak pada kemajuan daerah dan bangsa.
“Kampus bisa menjadi pusat pemikiran yang kritis dan menjadi ujung tombak pembangunan serta kemajuan bangsa Indonesia, dengan perkembangan zaman yang semakin modern,” tandasnya.
Kepada para mahasiswa yang hadir, Hasto meminta mereka menyiapkan diri menjadi generasi muda dengan berorientasi prestasi. Menyiapkan diri menjadi pemimpin masa depan. Dan menggembleng diri dari sekarang.
“Jadilah pemimpin negarawan yang punya tradisi membaca. Tiada hari tanpa membaca buku dan berdiskusi,” katanya.
*Disambut Kader*
Sementara itu, Ketua DPD PDIP NTB H Rachmat Hidayat mengungkapkan, Hasto menggelar kunjungan dua hari di NTB. Hasto disambut kader semenjak tiba di Bandara Internasional Lombok. Puluhan kader PDIP menyemut di sana. Ada pula musik gendang beleq.
Hasto dan Gus Falah kemudian mendapat pengalungan kain tenun khas Suku Sasak, populasi utama yang mendiami Pulau Lombok. Selain memberikan Kuliah Umum di Unram, Hasto kata Rachmat melanjutkan kegiatan dengan membuka Rapat Kerja Daerah PDIP NTB di Kantor DPD PDIP NTB di Jalan Lingkar Selatan, Kota Mataram.
Sementara pada pagi ini, Hasto akan mengikuti senam Sicita di Kantor DPD NTB dan kemudian meresmikan musala yang akan menjadi tempat ibadah bagi masyarakat. Sebelum betolak ke Jakarta, Hasto menutup kegiatan dengan mengunjungi Desa Sade, salah satu desa adat di Lombok Tengah.
0 Komentar