Matanusra.com | Giri Menang - Kawasan Wisata Sekawan Sejati yang terdiri dari Desa Sesaot, Desa Pakuan, dan Desa Buwun Sejati yang berada di Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat dikenal dengan keindahan alamnya. Kawasan ini juga sudah ditetapkan sebagai kawasan Sustainable Tourism Observatory (STO) yang merupakan program pengembangan destinasi pariwisata berkelanjutan milik Kementerian Pariwisata Republik Indonesia (RI) sejak 2016 lalu.
Kini, ketiga desa itu masuk dalam nominasi ajang Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) tahun 2019. ISTA merupakan penghargaan dari Kementerian Pariwisata untuk destinasi yang telah menerapkan sistem pariwisata berkelanjutan. Ajang ini terbuka untuk seluruh pengelola destinasi Pariwisata baik pengelola kawasan, agen travel, penyedia jasa, yayasan, maupun masyarakat lokal
"Kabupaten Lombok Barat terus berupaya dalam mengembangkan pembangunan di sektor pariwisata. Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar kita berasal dari sektor pariwisata," kata Asisten Bidang Pemerintahan Kabupaten Lombok Barat, H. Ilham mewakili Bupati saat menerima tim penilai dari ISTA di Obyek Wisata Sesaot, Narnada, Jum'at (26/7).
Ilham menceritakan, bencana gempa tahun lalu sangat berdampak pada sektor pariwisata di Lombok Barat. Terutama wilayah Senggigi yang merupakan penyumbang PAD terbesar di sektor pariwisata. Untuk itu Pemkab Lombok Barat berharap banyaknya desa wisata di Lombok Barat dapat memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat Lombok Barat.
"Kalau kita terus mengharapkan Senggigi sebagai penyumbang PAD, maka kita akan tertinggal jauh karena sebentar lagi kawasan KEK Mandalika. Untuk itu kita harus memperluas destinasi wisata kita di Kabupaten Lombok Barat," ungkapnya.
"Kita di Lombok Barat pada tahun lalu dan tahun ini sudah ada kurang lebih 31 desa yang diSK-kan Bupati menjadi desa wisata. Dan Insya Allah tahun depan akan tumbuh berkembang menjadi kurang lebih 50 desa wisata. Kawasan Sekawan Sejati adalah tiga diantara 31 desa wisata itu," lanjutnya.
Sementara itu Kepala Desa Sesaot Yuni Hariseni dalam kesempatan itu memaparkan proses pembenahan kawasan wisata Sesaot. Diakuinya, dulunya obyek wisata sesaot sebelum berkembang sangat ini tidak terawat, kumuh dan pengunjung tidak nyaman dengan sampah yang berserakkan.
"Sekarang alhamdulillah di tempat ini sudah bisa kita rasakan bagaimana keindahan, kesejukan, keasriannya dan bisa memperkerjakan 130 pemuda pelaku wisata di desa sesaot ini," paparnya.
"Desa Sesaot jumlah penduduknya 5.876 jiwa dan jumlah Kepala Keluarga (KK) 10.874 jiwa terdiri dari enam Dusun meliputi Dusun Gontoran, Dusun Sesaot Timur, Dusun Sesaot Lauk, Dusun Penangke, Dusun Temas Lestari dan Dusun Sambik Baru. Di enam dusun masing-masing terdapat potensi wisata yang kita miliki," terangnya.
Di tempat yang sama Tim Juri ISTA 2019 Prof. Yatna Supriatna bersyukur kepada Kabupaten Lombok Barat sudah mempunyai Peraturan Daerah (Perda) mengenai STO.
"Dari 300 lebih usulan setelah betul di godok dan kita betul-betul analisis, maka ada 37 yang masuk dalam nominasi. Salah satunya adalah Desa Sesaot," katanya.
Yatna menjelaskan ISTA ini bukan untuk menilai atau memberikan ajang kompetisi tapi sebenarnya lebih banyak kepada untuk sama-sama mengembangkan pariwisata di seluruh Indonesia.
ISTA dilaksanakan bukan sebagai kompetisi untuk membandingkan antar destinasi/daya tarik wisatawan/bisnis pariwisata, akan tetapi untuk memotivasi destinasi lainnya agar dapat meningkatkan pengembangan pariwisata berkelanjutan.
Selain itu, ajang ISTA ini juga dibuat untuk membangun dan meningkatkan kesadaran masyarakat serta para pelaku pariwisata mengenai Kegiatan Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan serta memberikan apresiasi kepada destinasi-destinasi yang telah menerapkan prinsip Pariwisata berkelanjutan.(MN/Tr)
0 Komentar